Sabtu, 01 Januari 2011

Happy New Year, Mr. Helen !

Hari Jumat, 31 Desember 2010,
sehari menjelang pergantian tahun.
Hari yang biasa saja di Pangkalpinang,
cuaca cerah, angin bertiup agak kencang.
Kegiatan hari ini biasa saja,
jaga warung,
baca koran,
ambil ponsel yang diservis,
copy mp3 di rumah tetangga,
sortir foto dan video di harddisk,
harddisk-nya sudah penuh.


Malam hari,
jalanan di depan warung, sepi,
seperti malam laga final aff,
ah, tutup warung,
sudah waktunya,
letusan suara kembang api mulai terdengar,
dua jam kemudian,
anakku ke loteng,
membakar kembang api dengan adikku,
'orang rumah' asyik selancar di fo sau buk,
menonton sinetron korea di youtube,
aku ?
tidur ayam.
Pas jam 24.00
dari arah lapangan merdeka,
letusan suara kembang api silih berganti,
mengapa orang mau membakar duit
secara tidak langsung ?
Duitnya berlebih barangkali.



Happy New Year 2011, Mr. Helen !
Selamat menempuh Tahun Baru, pak guru.
Happy always.
Semangat baru,
Harapan baru,
Kejujuran baru,
Kasih baru, 
Syukur terus menerus,
Iman yang terus tumbuh,
                                                      selalu.

Waktu terus berlalu (bagian ke-1)

Waktu terus berlalu...
Sudah 76 tahun usia Sekolah ini,
Sudah banyak nostalgia bertumpuk di memori,
terpatri silih berganti,
terpilih atau tersisih.

Waktu terus berlalu...
pandanglah bangunan ini,
diintip dari jendela kusam.
tergerus waktu yang tertatih,
bangunan yang akan diganti,
nanti.



Waktu terus berlalu...
pandanglah lonceng tua ini,
tergantung sepi,
ditemani kucuran air hujan
dari talang yang bocor,
berguna ketika listrik mati,
dengan pukulan palu tiga kali,
menandakan waktu sudah berganti.

Waktu terus berlalu...
lihatlah di pojok sepi,
lubang di pagar loteng,
terkuak oleh gerusan jaman,
tanda usia yang makin renta,
terbata - bata
berpegangan pada asa
menghadapi tantangan jaman.



Waktu terus berlalu...
lihatlah sekeliling,
sekolah dikepung duri :
rumah walet dan dept. store,
pertanda desakan modernisasi,
atau sekedar membuang sepi,
biar tetap berseri.



Waktu terus berlalu...
lihatlah sebatang nyamplung,
berdiri letih,
seusai dera rinai hujan,
di pojok yang sepi,
sendiri.

Waktu terus berlalu...
dan tetap berlalu.
Selalu.

Waktu terus berlalu (bagian ke-2)

Waktu terus berlalu,
menyusuri selasar di sekolah,
menapak kenangan dahulu,
dulu,
ketika masih pemalu,
dan ragu - ragu.



Waktu terus berlalu,
lihatlah tangga parabola itu,
dulu menaikinya
dengan ragu dan kaku,
sekarang sang tangga
masih seperti dulu,
cuma berwarna lebih maju,
terletak di lereng taman
bukan taman yang dulu.


Waktu terus berlalu,
pandanglah patung Santo Don Bosco sejenak,
ketika melintas di lobby sekolah,
karena dulu kita tidak sempat melihat,
karena patung eyang terlalu tinggi.
melewati batas pandangan kita.
Mungkin juga kita takut,
dengan warna hitam wajah eyang
yang tergerus waktu
dihinggapi noda dan debu.


Waktu terus berlalu,
deretan jendela kusam, 
di ruang kelas atas,
mengingatkan lantai kayu berdebu,
mengingatkan 'hantu' di  gudang belakang, 
mengingatkan bola kasti pak a siong,
yang memantul di dinding  kusam,
ah, nostalgia seru.


Waktu terus berlalu,
tangga batu berdebu,
penghubung tk dan smp kini,
dulu adalah jalan setapak,
menuju pinggir sungai rangkui,
membangkitkan motivasi,
ayo, berjuang,
menuju puncak tangga prestasi,
demi masa depan berseri.




Waktu terus berlalu,
deretan toilet yang sudah mem-'beku',
mengingatkan zaman dahulu,
deretan yang selalu penuh,
ketika lonceng 'keluar maen' dipalu,
bersiaplah untuk 'tunggu dulu',
ah, masa lalu...



Waktu terus berlalu,
adakah 'hantu' di balik pintu,
di lantai dasar,
di bawah tk,
pintu yang membisu,
tanpa pernah tahu,
banyak kenangan sudah berlalu,
selalu.





Waktu terus berlalu,
garasi sepeda dulu,
sekarang jadi mess guru,
tetap memberi kesan sendu,
tempat persinggahan pada waktu tertentu,
kalau ada perlu,
tempat menunggu, 
sambil tersedu - sedu
ah, siapa yang mau tahu.                                                      



Waktu terus berlalu,
dahulu berdirilah aku,
memandang bendera dan menara katedral,
mengikuti upacara bendera yang disakralkan,
berolahraga yang menyebalkan,
ditempa di bawah terik sinar mentari,
kuyub dengan peluh dan sebal,
dan sehabis itu,
minum air teh bekal, 
sambil berbagi kesal. 




Waktu terus berlalu,
gerbang di antara sd dan smp dulu,
sekarang ini adalah gerbang masuk smp kini,
penghubung sd lama dan sd baru nanti,
gerbang berpijak menuju masa depan,
yang entah lebih bermutu,
atau lebih kelabu.


Waktu terus berlalu,
tangki air di atas sumur,
yang dari dulu tak pernah disadari,
sumber air baku untuk seluruh sekolah,
yang kualitasnya sudah entah seperti apa,
sehingga perlu mencari alternatif sumber lain,
dan menggali lapangan di aula.
Air adalah sumber kehidupan,
                                                     dari dulu sampai kini.


Waktu terus berlalu,
seperti atap biru,
yang bertengger di atas jendela kelas,
dan ruang guru,
supaya tampias tidak menyerbu, 
tidak seperti dulu.
Seharusnya selalu ada sesuatu yang baru.
tidak seperti dulu.
                                              Tidak seperti dulu.