Waktu terus berlalu,
menyusuri selasar di sekolah,
menapak kenangan dahulu,
dulu,
ketika masih pemalu,
dan ragu - ragu.
lihatlah tangga parabola itu,
dulu menaikinya
dengan ragu dan kaku,
sekarang sang tangga
masih seperti dulu,
cuma berwarna lebih maju,
terletak di lereng taman
bukan taman yang dulu.
pandanglah patung Santo Don Bosco sejenak,
ketika melintas di lobby sekolah,
karena dulu kita tidak sempat melihat,
karena patung eyang terlalu tinggi.
melewati batas pandangan kita.
Mungkin juga kita takut,
dengan warna hitam wajah eyang
yang tergerus waktu
dihinggapi noda dan debu.
Waktu terus berlalu,
deretan jendela kusam,
di ruang kelas atas,
mengingatkan lantai kayu berdebu,
mengingatkan 'hantu' di gudang belakang,
mengingatkan bola kasti pak a siong,
yang memantul di dinding kusam,
ah, nostalgia seru.
Waktu terus berlalu,
tangga batu berdebu,
penghubung tk dan smp kini,
dulu adalah jalan setapak,
menuju pinggir sungai rangkui,
membangkitkan motivasi,
ayo, berjuang,
menuju puncak tangga prestasi,
demi masa depan berseri.
Waktu terus berlalu,
deretan toilet yang sudah mem-'beku',
mengingatkan zaman dahulu,
deretan yang selalu penuh,
ketika lonceng 'keluar maen' dipalu,
bersiaplah untuk 'tunggu dulu',
ah, masa lalu...
Waktu terus berlalu,
adakah 'hantu' di balik pintu,
di lantai dasar,
di bawah tk,
pintu yang membisu,
tanpa pernah tahu,
banyak kenangan sudah berlalu,
selalu.
Waktu terus berlalu,
garasi sepeda dulu,
sekarang jadi mess guru,
tetap memberi kesan sendu,
tempat persinggahan pada waktu tertentu,
kalau ada perlu,
tempat menunggu,
sambil tersedu - sedu
ah, siapa yang mau tahu.
Waktu terus berlalu,
dahulu berdirilah aku,
memandang bendera dan menara katedral,
mengikuti upacara bendera yang disakralkan,
berolahraga yang menyebalkan,
ditempa di bawah terik sinar mentari,
kuyub dengan peluh dan sebal,
dan sehabis itu,
minum air teh bekal,
sambil berbagi kesal.
Waktu terus berlalu,
gerbang di antara sd dan smp dulu,
sekarang ini adalah gerbang masuk smp kini,
penghubung sd lama dan sd baru nanti,
gerbang berpijak menuju masa depan,
yang entah lebih bermutu,
atau lebih kelabu.
Waktu terus berlalu,
tangki air di atas sumur,
yang dari dulu tak pernah disadari,
sumber air baku untuk seluruh sekolah,
yang kualitasnya sudah entah seperti apa,
sehingga perlu mencari alternatif sumber lain,
dan menggali lapangan di aula.
Air adalah sumber kehidupan,
dari dulu sampai kini.
Waktu terus berlalu,
seperti atap biru,
yang bertengger di atas jendela kelas,
dan ruang guru,
supaya tampias tidak menyerbu,
tidak seperti dulu.
Seharusnya selalu ada sesuatu yang baru.
tidak seperti dulu.
Tidak seperti dulu.