13 Juli 2011,
hari ketiga awal tahun ajaran,
saat itu sudah pulang sekolah,
jam sembilan lewat sedikit.
Berdiri melemparkan pandangan,
di selasar dekat kantor guru sd,
sendirian,
dan tiba - tiba
seorang gadis kecil,
wajah yang tidak kukenal,
mungkin kelas tiga,
berambut panjang,
menghampiri dengan tangan terjulur,
menyodorkan selembar uang kertas :
si biru lima puluh ribu rupiah,
dan berkata dengan polos,
sejernih warna langit saat itu :
ada uang jatuh, pak,
dan berlalu tanpa pa pi pu.
Aku termangu,
melihat si biru
di genggaman,
dan terbersit pikiran,
mau diapakan uang ini,
senilai dua bungkus chao pan thiao,
dan nurani lebih menuntun
untuk meletakkan si biru
di kotak kas koperasi guru,
dan bebanpun menjauh.
Kembali ke tempat tadi,
melihat bu Lena menghampiri,
dengan raut wajah cemberut,
dan duduk di kursi
sambil berkeluh kesah :
dapat lima puluh,
hilang lima puluh.
Ternyata,
selembar uang biru
telah berlalu
dari genggamannya
dan itu artinya
si biru dari gadis kecil
adalah si biru yang pergi tanpa pamit.
Sekarang si biru sudah kembali,
dan senyum ceria
menghiasi banyak wajah guru,
di ruangan yang panas itu.
Ada yang berujar,
guru kelas dua
sudah berhasil mengajarkan
kejujuran
dan kerelaan
kepada si gadis kecil
dengan kejujuran yang besar.
Berbahagialah engkau
gadis kecil,
telah memberikan teladan,
tentang kejujuran,
tentang kerelaan,
tentang ketulusan.
Biarkan nilai besar itu
selalu ada di genggamanmu.
( dan esok harinya,
seorang gadis besar,
bersama rombongannya,
menyodorkan selembar
lima ribuan,
yang ditemukan di jalan,
basah dan terlipat.
uang itu ada di kotak kas koperasi. )