belasan tahun sudah berdiri,
melayani dan mencari nafkah
dari murid dan guru
memenuhi kebutuhan dasar mereka
mengisi perut yang kosong sejak pagi
membina kedekatan setiap hari.
Kantin sekolah
belasan tahun sudah memberi,
menjadi piring nasi untuk beberapa keluarga
tempat untuk berteduh sejenak
melewati penatnya hari
menjadi saksi untuk banyak peristiwa
tempat bertukar informasi secuil
diam tapi bening.
Kantin sekolah
sekarang sudah pergi,
tergeser oleh renovasi gedung,
menjadi kantor guru sementara,
terpelanting ke luar pagar sekolah,
dan piring nasi itu terbanting ke lantai,
suara pecahannya berdenging sejenak,
lalu diam hening berurai air mata,
dan isak tertahan di dada,
pecahannya menusuk telapak kaki.
rasa pedihnya mendadak,
pilu menusuk.
Kantin sekolah sudah terpelanting,
meninggalkan murid yang mengeluh :
"di mana aku bisa jajan, ma ?"
dahi sang bunda berkerut,
wajahnya cemberut menahan penat,
setiap hari selalu bangun pagi,
menyiapkan bekal untuk sang buah hati,
karena kuatir dengan higienis jajanan
yang diraih secuil dari luar sana.
Kantin sekolah sudah terpelanting,
mungkin tak akan kembali
lagi.
(dan anakku juga mengeluh dengan keluhan yang sama ketika nanti kalau sudah masuk sekolah)