Bersepeda ke sekolah ?
Mengapa tidak ?
ide itu terpikirkan
ketika motor yang biasa dipakai
tidak bisa dipakai pada suatu hari.
Yang jadi masalah,
anakku mau tidak diboncengi naik sepeda ?
Perlu mental yang kuat
ketika bertemu teman sekolahnya
takut malu diejek,
takut diolok - olok,
walau cuma duduk tenang
di boncengan
perlu menumbuhkan mental bersahaja.
Ternyata anakku mau,
jadilah kami berdua
akan berboncengan naik sepeda ke sekolah.
Sehari sebelum hari H.
sepeda disiapkan,
ban kempes dipompa,
rem tangan diujicoba.
Mencoba mengayuh sekeliling rumah
di panas terik matahari
dengan singlet di badan
dan sandal jepit di kaki,
jadilah kami berkeliling satu putaran,
memutari blok rumah.
Kamis pagi itu,
sepeda dikayuh dengan riang,
melewati sedikit tanjakan
yang bolehlah menguras tenaga,
menyusuri rute seperti biasa.
Bertemu dengan beberapa murid di jalan
searah ke sekolah,
memarkir sepeda,
di jejeran sepeda murid,
menjepit roda depan dengan kunci rantai,
di tempat parkir yang sudah tersedia,
yang lebih banyak motor guru terlihat
daripada sepeda murid.
Teringat ke masa lalu,
tiga puluh dua tahun lalu,
garasi sepeda di ujung sekolah sd,
selalu penuh,
atau tempat parkir sepeda smp
di bawah halaman upacara,
juga penuh
walau susunan sepedanya berantkan.
Jaman sudah berubah,
sekarang bersepeda dipandang sebelah mata,
hanya mainan anak - anak,
tidak untuk kesehatan orangtua.
Ah, rasanya kesehatan bisa lebih terjaga
kalau bike to school setiap hari.
Cuma hujan yang harus dihindari,
kalau tidak
jadilah kucing yang kecemplung di got,
setidaknya sepatu dan kaos kaki pasti basah.
Ngincang yo ngincang