Rabu, 15 Juni 2011

Nasionalis ?

( Rabu, 15 Juni 2011, 
duduk mencangkung di kursi panjang kayu,
 di selasar SD dekat kantor kepsek SMP )


Siang itu,
hujan mengguyur sekolah,
basah diterpa angin dan deras air,
menyirami halaman,
dan bendera kuyup dibilas air,
kusut masai di atas ujung tiang,
tak lagi melambai,
tak lagi berkibar gagah.


Ketika rintik air hujan masih terasa,
ketika dentang lonceng gereja sudah sirna,
ketika genangan air di halaman sekolah masih tersisa,
berdirilah 3 gadis remaja,
berseragam putih biru,
berdiri setengah tegap,
terburu - buru
mengerek bendera kuyup,
                                                      turun ke bawah tiang,
melipat dengan seadanya,
dan bergegas,
berlari kecil
menyeberangi halaman sekolah,
menenteng bendera,
dan merasa
sudah melaksanakan tugas
yang diamanatkan,
sudah melakukan perintah
                                                      yang diberikan.

Apakah ini bentuk nasionalisme
yang diajarkan ?
Teladan dari siapa
yang telah diperlihatkan ?
Apakah pelaksanaan upacara
harus berdiri kaku dan garang,
tanpa peduli hujan ;yang menerpa ?
Di mana jawaban dapat ditemukan ?

Mungkin sudah mengalir di genangan air hujan
menuju selokan,
dan berbaur di keruh air sungai di bawah.
Tak terbaca,
tak terjawab,
hilang di ujung sana.


( Renungan ini ditulis
di tengah derai air mata pilu.
mendengar contek masal dihalalkan
melihat kejujuran dipinggirkan )