Senin, 11 Juni 2012

Almamater (Cerita Pertama)

Almamater,
ibu yang ramah,
mengajarkan kita banyak ilmu,
dulu,
ketika masih bercelana pendek,
dan wajah puber tanpa dosa,
menyusuri lorong semen
dikitari tiang kayu,
diiringi bel pencet memekik,
menyuruh kita bergegas
menuntut ilmu,
jauh melampaui jaman.




Almamater,
ibu yang ramah,
memberi kita banyak kenangan,
entah pahit atau manis,
ketika pandangan pertama terpana,
sosok mungil ceria,
di setiap pagi
menanti penuh binar,
senyum yang merekah
untuk hati yang bersembunyi,
mendorong semangat
untuk tetap berharap
walau itu nisbi,
dan mungkin sia - sia.


Almamater,
ibu yang ramah,
melecut semangat juang,
jangan kalah dengan saingan,
konsentrasikan pikiran,
harus angka sembilan
tak boleh kurang.
maka setiap malam adalah tempaan
tak perduli mulut sudah menguap
mata sudah menerawang,
tetap harus berjuang
demi suatu pengetahuan
tak lekang digilas jaman.


Almamater,
ibu yang ramah,
sekarang tinggal kenangan
tergusur oleh kebutuhan.
berubah rupa sesuai tuntutan jaman
akankah tetap menjadi ibu yang ramah ?
Semoga usia memberi kesempatan
untuk menyaksikan,
ketika uzur sudah menerpa.


Almamater,
ibu yang ramah.
Tetaplah ramah, ibu
untuk anak cucu kami,
menjadi penjaga jaman.

Ibu, tetaplah ramah,
selalu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon mencantumkan identitas anda yang jelas dan sebenarnya. Komentar dari Anonim tidak akan ditampilkan. Terima kasih.